Saat masih duduk di bangku sekolah, aku selalu bertanya-tanya seperti apa rasanya jatuh cinta. Saat itu yang kutahu hanya sebatas rasa nafsu yang meluap saat berada di dekat seseorang yang kuyakini telah mencuri perhatianku. Aku sendiri tidak yakin apakah aku pernah merasakannya. Aku menjustifikasi perasaan tersebut, beranggapan kalau debaran di dada saat bersama orang itu adalah perasaan jatuh cinta. Namun, ternyata itu adalah tanda-tanda keserakahan saat manusia menginginkan manusia lain dalam arti harfiah.
Sumber: The New York Times Magazine (Illustrated by R.O. Blechman)
Saat masih duduk di bangku sekolah, aku selalu bertanya-tanya seperti apa rasanya jika orang yang kucintai juga balik mencintaiku. Kata paling ringkas untuk menggambarkan perasaan itu mungkin adalah “bahagia”. Namun, apa benar jika ada dua orang yang saling mencintai, hidup mereka akan selamanya bahagia? Tidakkah ada faktor lain yang memengaruhi kebahagiaan itu?
Baca juga: Dulu
Saat masih duduk di bangku sekolah, aku selalu bertanya-tanya seperti apa rasanya berciuman dan bercinta dengan orang yang kusayangi. Aku pernah membaca bahwa hubungan paling intim manusia adalah bercinta, dan hal itu membuatku penasaran. Namun, ternyata hal itu adalah aktivitas yang memang kadang membuat candu, tapi bisa menjadi hambar jika salah satu menganggapnya ritual biasa.
Sampai sekarang, aku tidak pernah paham konsep cinta. Sampai sekarang, yang kuketahui perasaan yang meluap tanpa batas itu adalah keserakahan dalam level paling tinggi yang bisa dirasakan manusia.
0 Comments